Minggu, 14 Oktober 2012

“Eco House”; Konsep Rumah Ramah Lingkungan


“Eco House”; Konsep Rumah Ramah Lingkungan


“Eco House”; Konsep Rumah Ramah Lingkungan
Salah satu negara maju yang serius mengangapi isu pemanasan global (global warming) adalah Jepang. Dengan kecanggihan teknologi dan perkembangan sains, pemerintah Jepang mendirikan New Energy and Industrial Technology Development Organization (Nedo). Organisasi ini pernah menggelar pameran rumah huni bertema “Eco House”. Sederhananya, “Eco House” merupakan konsep penataan rumah huni yang ramah lingkungan. Dengan ditata sesuai cara-cara alami, maka rumah berbasis “Eco House” dapat
mengurangi pembuangan emisi gas yang memanaskan suhu bumi.
Salah satu hasil penelitian membuktikan bahwa pencahayaan (lighting) di dalam rumah menjadi penyumbang yang cukup besar bagai panasnya suhu bumi. Karena itulah, gagasan rumah sehat atau rumah ramah lingkungan ini layak dicoba di negeri ini, utamanya untuk warga Jakarta. Kendati konsep rumah sehat dan ramah lingkungan ini baru dapat diimplementasikan oleh beberapa negara maju saja, tapi tak menutup kemungkinan untuk dikembangkan juga di daerah Indonesia. Apalagi Indonesia merupakan salah satu dari paru-paru dunia setelah Brasil.

Praktisnya, “Eco House” merupakan wujud kepedulian pemerintah Jepang terhadap ketersediaan energi listrik yang kian menyusut dari tahun ke tahun. Krisis listrik ternyata telah menginisiasi sejumlah ilmuwan dan arsitek untuk merancang rumah huni yang hemat energi, hingga dapat menekan pengeluaran energi listrik rumah tangga sebesar 50%. Kesadaran untuk menghemat listrik inilah yang menjadikan para pengembang properti memikirkan ulang tentang rumah ramah lingkungan berbasis “Eco House”. Langkah ini dinilai dapat menyelamatkan pasokan energi listrik.
Ketika membangun rumah ramah lingkungan (“Eco House”), maka rumah dilengkapi dengan berbagai perangkat penghemat energi; mulai dari pemanfaatan tenaga surya, turbin angin, hingga menyediakan lampu cermin untuk penerangan rumah. Lampu ini menyalurkan cahaya matahari ke dalam rumah untuk dijadikan cahaya penerangan yang dapat menghemat energi. Kombinasi penggunaan teknologi hemat energi dan cahaya alami ini disinyalir dapat memangkas konsumsi listrik sekitar 50%.
Bahkan, cara ini juga dapat digunakan oleh perkantoran dengan mengombinasikan 30 % cahaya natural dan 70% cahaya artifisial, sehingga dapat menghemat energi lisrtik yang digunakan untuk pencahayaan kantor. Sebab, sekitar 19% pasokan listrik kantor di dunia digunakan untuk pencahayaan, yang berasal dari energi listrik yang memproduksi emisi karbon.
Pencahayaan menggunakan teknologi hemat dan energi natural ini juga bermanfaat untuk menyehatkan tubuh dan jiwa. Sebab, pencahayaannya berasal dari cahaya matahari yang sangat dibutuhkan oleh sebuah ruangan dan penghuninya. Coba Anda bayangkan bila ruangan rumah tanpa ruang yang memungkinkan masuk cahaya matahari. Maka dapat dipastikan kalau rumah Anda akan gelap, lembab, dan pengap. Kalau sudah begitu, pastinya rumah kita membutuhkan penerangan dengan listrik yang sangat memboroskan karena sepanjang hari harus selalu dinyalakan. Karena itu, di tengah mahalnya biaya listrik dan sumbernya yang sangat terbatas, maka kenyataan itu sepatutnya  mendorong kita untuk menemukan energi alternatif yang murah meriah dan dapat menyelamatkan lingkungan dari panas yang menyengat. “Eco House” adala salah satu solusinya. [Sukron Abdilah/Mizan.com]   

0 komentar:

Posting Komentar